Butet 'sokola rimba' Manurung raih Magsaysay Award

butet

Sumber gambar, Magsaysay Foundation

Keterangan gambar, Butet Manurung, kedua dari kanan, saat menerima penghargaan di Manila (31/08)

Antropolog penggagas pendidikan untuk anak-anak suku asli yang tinggal di pedalaman rimba, Saur Marlina Manurung, mendapat penghargaan Ramon Magsaysay di Filipina, Minggu (31/08).

Presiden Filipina Benigno Aquino III menjadi tamu kehormatan dalam malam penghargaan yang digelar di Gedung Cultural Centre di Manila, seperti dilaporkan kantor berita AP.

Saur yang juga dikenal dengan Butet Manurung dipilih karena "semangatnya untuk melindungi dan mengembangkan kehidupan masyarakat rimba di Indonesia," seperti ditulis di situs resmi Magsaysay Foundation.

Butet juga dipuji atas "kepemimpinannya yang memberdayakan para relawan di program pendidikan sokola rimba yang sensitif terhadap jalan hidup komunitas asli dan tantangan-tantangan pembangunan unik mereka."

Lima pemenang

butet
Keterangan gambar, Butet Manurung

Selain Butet, tim seleksi juga memilih empat individu lain dari Afghanistan, Cina, Pakistan dan Filipina.

Mereka adalah Hu Shuli seorang wartawan yang mendirikan majalah bisnis Caijing. Majalah ini fokus pada liputan investigasi yang mempromosikan transparansi, akuntabilitas dalam bisnis mau pun dalam praktik pemerintahan.

Lalu ada Omara Khan Masoudi direktur Museum Nasional Afghanistan serta Wang Canfa dari Cina yang berprofesi sebagai pengacara, yang mendirikan lembaga bantuan hukum bagi korban pencemaran udara.

Terakhir adalah lembaga pendidikan The Citizen's Foundation dari Pakistan.

Dari Filipina sendiri, penerima penghargaan adalah seorang pengajar bernama Randy Halasan.

Penghargaan tahunan yang kini memasuki tahun ke-57 ini dianggap setara dengan Hadiah Nobel di Asia. Magsaysay diambil dari nama presiden Filipina yang meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat pada 1957.