http://www.bbc.com/indonesian/

12 Agustus, 2007 - Published 14:01 GMT

Puluhan ribu di konferensi HTI

Sekitar 80 ribu warga Islam berkumpul di ibukota Jakarta untuk mendesak pendirian kembali kekhalifaan Islamiah di seluruh dunia Islam.

Konferensi Khilafah Internasional yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia, HTI di stadion Utama Gelora Bung Karno ini bertujuan untuk menegakkan kembali kekhilafahan.

Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto mengatakan berbagai masalah yang dihadpai umat Islam berawal dari hilangnya kehidupan Islami yang berdasarkan Sayriah Islam dan dipimpin seolah khilafah.

Selanjutnya dia mengatakan kekhilafaan dan syariah Islam adalah cara terbaik untuk menyelesaikan berbagai masalah dunia Islam.

Menjelang Konferensi Khilafah Internasional ini, panitia menyebut nama pejabat dan tokoh dari berbagai organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Namun, yang hadir dan berbicara hanya Ketua Umum Muhamadiyah Din Syamsuddin dan ulama Abdullah Gimnastiar alias AA Gim.

Sedangkan, tokoh Majelis Mujahiddin Ustadz Abu Bakar Baasyir tidak hadir. Sementara, dua pembicara dari luar negeri yaitu Dr Imran Waheed dari Inggris dan Syeikh Ismali Al Wahwah dari Australia juga urung hadir.

Kekhalifahan, atau satu negara Islam, terakhir kalinya berdiri yaitu Khalifah Usmaniah Turki pada tahun 1924.

Organisasi ini dianggap dekat kelompok jihad

Hizb ut-Tahrir menganggap khalifah Islamiah sebagai bentuk pemerintahan yang ideal, karena mengikuti apa yang diyakininya sebagai hukum Allah yang tertulis di Qur'an, dan bukannya hukum yang ditulis oleh manusia.

Organisasi ini mengatakan berupaya mendirikan kekhalifahan dengan cara-cara non-kekerasan, tetapi banyak ahli melihat kelompk ini secara ideologis dekat dengan kelompok-kelompok jihad.

Kelompok ini dilarang di hampir seluruh negara Timur Tengah dan beberapa negara di Eropa.

Pengamat masalah-masalah Islam BBC, Roger Hardy mengatakan kelompok Hizb ut-Tahrir ini memiliki reputasi sebagai organisasi militan, tertutup dan sangat terorganisir dengan tujuan menghidupkan kembali kekhalifahan.

Kelompok menghendaki suatu otorita keagamaan politik dan keagamaan yang akan menjangkau muslimin di seluruh dunia.

Nama lengkapnya Hizb ut-Tahrir al-Islami bermakna Partai Pembebasan Islam.

Organisasi ini didirikan di Yerusalem pada tahun 1950-an oleh seorang ulama Palestina, Taqi al-Din al-Nabhani.

Dewasa ini, Hizbut Tahrir pada umumnya bergerak di bawah tanah di Timur Tengah, muncul dalam skala besar di Asia Tengah, tempat ratusan anggotanya dipenjarakan, dan pendukung aktif di Barat, termasuk London, yang tampaknya menjadi salah satu basis utamanya.

Pesannya bersifat radikal, namun kelompok itu tegas-tegas menyatakan diri gerakan non-kekerasan.

Namun, banyak pakar melihat Hizbut Tahrir secara ideologis dekat dengan kelompok-kelompok jihad yang menempuh cara kekerasan, dan mereka mencurigai komitmen Hizbut Tahrir terhadap cara-cara damai hanyalah taktis.

Para ahli menggambarkan kepemimpinan Hizbut Tahrir sangat terpusat dan menunjukkan tendensi totaliter. Banyak anggotanyanya dalah mahasiswa, dan beberapa universitas Inggris mencekal organisasi ini atas dasar anti Yahudi dan homofobia.

Apakah gerakan ini benar-benar sudah menjadi kekuatan global masih dipertanyakan. Bukti mengindikasikan Hizbut Tahrir adalah kelompok pinggiran yang mengusung agenda utopia dan sangat menguasai ketrampilan public relations.