Penembakan di AS: Pelaku bisa masuk ke kompleks sekolah di Texas 'secara leluasa tanpa terhalangi'

Polisi membawa karangan bunga di sekolah dasar Robb di Uvalde, Texas.

Sumber gambar, EPA

Keterangan gambar, Polisi membawa karangan bunga di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas.

Pelaku penembakan di sekolah dasar Texas, Amerika Serikat, hari Selasa (24/05), bisa masuk ke kompleks sekolah secara leluasa tanpa terhalangi, kata polisi.

Pejabat polisi Texas, Victor Escalon, mengatakan tak ada anggota satuan pengamanan bersenjata yang mencoba menghentikan pelaku dan sejauh ini belum jelas apakah pintu sekolah pada hari kejadian dikunci atau tidak.

Escalon membela respons yang diambil polisi di tengah kecamann keterlambatan menghentikan tindakan pelaku.

Sejumlah saksi mata mengatakan polisi "terlalu berhati-hati" saat menghadapi pelaku di dalam kompleks Sekolah Dasar Robb di Uvalde.

Pelaku menembak mati 19 murid dan dua guru, dan melukai setidaknya 17 orang.

Pengungkapan terbaru ini berbeda dengan konferensi pers dua hari lalu. Escalon mengatakan, laporan yang menyebutkan bahwa pelaku menembak seorang petugas keamanan adalah tidak benar.

Baca juga:

Dikatakan, tidak ada anggota satuan pengamanan di sekolah tersebut saat pelaku tiba.

Escalon mengatakan polisi tiba di sekolah empat menit setelah pelaku masuk sekitar pukul 11.40 waktu setempat.

Namun, butuh waktu satu jam sebelum pelaku tewas ditembak pada 12.45, setelah tim taktis dari patroli perbatasan AS tiba di lokasi.

Siapa pelaku?

Pelaku merupakan seorang siswa di sekolah menengah atas (SMA) di Uvalde. Temannya menyebut dia sebagai orang yang "aneh" dan bukan korban perundungan, seperti yang diberitakan. Ibunya mengatakan putranya bukan orang yang kejam.

penembakan sekolah dasar Texas

Sumber gambar, AFP via Getty Images

Keterangan gambar, Seorang warga setempat memegang poster bertuliskan Doa untuk Uvalde untuk menunjukkan dukanya terhadap korban penembakan massal di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, 25 Mei 2022.
Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Akhir bulan ini, Ivan Arellano, seharusnya lulus dari SMA Uvalde. Sehari sebelum tragedi penembakan, remaja berusia 18 tahun itu dan teman-teman sekolahnya mengenakan toga dan berjalan melewati lorong-lorong di SD Robb menuju sorak-sorai paduan suara dari para siswa.

"Itu adalah aula pertama yang kami masuki," katanya kepada BBC, menggambarkan lokasi di mana 19 siswa ditembak mati oleh mantan teman sekelasnya.

Arellano mengaku sudah menjadi teman sekelas Salvador Ramos, pelaku penembakan di SD Robb, sejak kelas delapan. Namun, baru-baru ini, temannya itu tidak lagi datang ke sekolah.

Arellano mengingat laki-laki bersenjata itu sebagai orang yang "aneh" dan "antisosial", yang tidak memiliki teman dan sering menggunakan "ketakutan dan intimidasi" untuk menakuti teman-teman sekelasnya. Dia juga membantah laporan media bahwa laki-laki bersenjata itu merupakan korban perundungan.

"Dia memilih untuk menggertak orang, dan ketika itu tidak berhasil, dia hanya akan marah," katanya.

"Dia hanya mencoba menakut-nakuti orang dan saya kira ini adalah cara terakhirnya untuk menakut-nakuti orang."

Di kota kecil ini, Arellano mengatakan semua orang di sini mengenal mengenal secara pribadi orang-orang yang terdampak oleh tragedi yang tak terduga ini.

Melihat ke belakang, dia mengatakan dia merasa seperti ada tanda-tanda peringatan di sana.

"Banyak orang yang mengenalnya, kami tahu mentalnya tidak sehat," katanya.

"Dan banyak orang mungkin setuju bahwa kita mungkin seharusnya mengatakan sesuatu."

'Dia bukan orang yang kejam'

Ibu dari penembak yang menewaskan 21 orang di Sekolah Dasar Uvalde mengungkap pribadi anaknya.

"Putra saya bukan orang yang kejam. Saya terkejut dengan apa yang dia lakukan," kata Adriana Reyes kepada Daily Mail, dari rumah sakit tempat ibunya sendiri dirawat karena luka tembak di wajahnya. Pihak berwenang mengatakan tersangka menembak neneknya sebelum menyerang sekolah.

Reyes membantah laporan bahwa dia memiliki hubungan buruk dengan putranya. "Saya memiliki hubungan yang baik dengannya. Dia penyendiri, tidak punya banyak teman," katanya kepada surat kabar itu.

Keluarga korban penembakan.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Rincian terbaru menyebutkan penembak mengurung diri di kelas dan menembaki para murid.

Sebelum menyerang sekolah dasar, pelaku penembakan di Texas, AS, mengunggah beberapa pernyataan di Facebook, bahwa ia akan menyerang sebuah sekolah. Pihak Facebook mengatakan, unggahan itu bersifat pribadi.

Gubernur Texas, Greg Abbott, mengatakan pelaku penembakan, Salvador Ramos, menulis tiga pesan di Facebook sebelum melakukan aksinya di Robb Elementary School.

Dikutip dari CBS News, dalam pesan pertamanya dia menuliskan rencana untuk menembak neneknya. Pada pesan kedua, dia mengaku sudah melakukannya, dan dalam pesan ketiga, dia mengatakan akan menyerang sebuah sekolah dasar. Pesan terakhirnya itu dia tuliskan sekitar 15 menit sebelum melakukan penembakan massal.

Meta, perusahaan pemilik Facebook, mengkonfirmasi bahwa pesan-pesan pelaku penembakan itu bersifat pribadi dan tidak bisa dilihat oleh pengguna lain.

"Pesan-pesan yang dimaksud Gubernur Abbott itu adalah pesan teks pribadi antara dua orang, yang ditemukan setelah tragedi mengerikan itu terjadi," kata perusahaan yang berbasis di California itu dalam sebuah pernyataan.

Meta menambahkan saat ini mereka sedang "bekerja sama" dengan para penyelidik mengenai kasus penembakan tersebut.

Baca juga:

Keluarga korban penembakan.

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Para orang tua korban penembakan.

Kronologi kejadian

Pihak berwenang mengatakan korban penembakan di sekolah dasar di Kota Uvalde, Texas, berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 19 siswa dan dua guru. Pelaku penembakan, yang berusia 18 tahun, mengurung mereka di ruang kelas yang sama.

Sebelum menyerang sekolah, penembak itu membunuh neneknya, menabrak kendaraan di dekat sekolah, dan kemudian masuk ke ruang kelas. Dia lalu menutup pintu dan melepaskan tembakan ke arah para murid dan guru, kata juru bicara Departemen Keamanan Publik, Texas, Chris Olivarez.

Petugas keamanan mendapatkan laporan melalu sambungan telepon, terkait kendaraan yang ditabrak dan ada orang yang memegang senjata menuju sekolah, kata Chris Olivarez kepada NBC.

"Para petugas yang segera datang mendengar bunyi tembakan dari arah ruang kelas dan mencoba masuk namun mereka ditembaki oleh pelaku. Sebagian dari mereka tertembak," katanya.

"Mereka mulai memecah kaca jendela dan mencoba mengungsikan anak-anak dan guru."

"Ketika itu, penembak mencoba masuk ke ruang kelas, mengurung diri di kelas itu, dan mulai menembaki sejumlah anak dan guru, tanpa peduli sama sekali."

Kepala Polisi Distrik Uvalde, Pete Arredondo, mengatakan penembakan dimulai pada 11:32 waktu setempat. Para penyelidik yakin penyerang "bertindak sendiri dalam melakukan kejahatan yang keji ini".

Penembak itu kemudian ditembak mati oleh petugas.

Media lokal melaporkan penembak yang masih remaja itu kemungkinan merupakan seorang siswa sekolah menengah setempat.

CBS News melaporkan bahwa pelaku bersenjatakan sepucuk pistol, sepucuk senapan semi-otomatis AR-15, dan magazin berkapasitas tinggi.

Students have been evacuated to a local community centre

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Para siswa dievakuasi dari sekolah.

Rumah sakit setempat mengungkapkan para siswa dari sekolah dasar tersebut ditangani oleh para petugas pelayanan darurat.

Kemarin, seorang perempuan berusia 66 tahun dan seorang anak berusia 10 tahun dilaporkan dirawat di sebuah rumah sakit di San Antonio, dan keduanya dalam kondisi kritis, kata pejabat rumah sakit University Health.

Rumah Sakit Uvalde Memorial membuat unggahan di Facebook bahwa 13 anak dibawa ke rumah sakit "menggunakan ambulans atau bus".

Wali Kota Uvalde, Don McLaughlin, mengatakan kepada ABC News dalam pesan teks "ini adalah situasi yang sangat buruk".

Menurut CBS, FBI tengah membantu penyelidikan insiden ini.

Distrik Uvalde, yang dihuni 16.000 jiwa, terletak sekitar 136 kilometer sebelah barat Kota San Antonio. Para siswa dilaporkan telah dievakuasi dari sekolah. Ada sekitar 500 murid di sekolah itu.

Penembakan itu adalah yang terparah di sekolah dasar AS sejak meninggalnya 20 anak dan enam orang dewasa di sekolah Sandy Hook sepuluh tahun lalu.

Presiden Joe Biden menyerukan untuk memperketat pembatasan penggunaan senjata.

Serangan penembakan massal di AS meningkat

Serangan pada Selasa (24/05) waktu setempat itu terjadi di tengah meningkatnya kekerasan bersenjata di tingkat nasional.

Insiden penembakan di sekolah telah menjadi keadaan darurat yang berulang di AS. EdWeek, sebuah media pendidikan, mencatat 26 insiden penembakan terjadi tahun lalu.

Students have been evacuated to a local community centre

Sumber gambar, Reuters

Simulasi lockdown ketika terjadi penembakan merupakan bagian umum dari kurikulum sekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah.

Berbicara di hadapan Senat AS di Washington DC pada Selasa (24/05), Senator Demokrat Connecticut Chris Murphy menuduh rekan-rekannya terlalu berpuas diri dan memohon mereka untuk meloloskan undang-undang pengendalian senjata.

"Apa yang kita lakukan? Kenapa Anda semua di sini kalau bukan untuk menyelesaikan masalah eksistensial seperti ini? Ini tidak bisa dihindari," katanya.

polisi as

Sumber gambar, Reuters

Keterangan gambar, Kepolisian AS berjaga di luar Sekolah Dasar Robb di Kota Uvalde, AS.

"Anak-anak ini tidak beruntung. Ini hanya terjadi di negara ini. Tidak ada tempat lain di mana pun, yang ketika anak-anak kecilnya pergi ke sekolah, mereka berpikir mungkin akan ditembak hari itu."

Asosiasi Senapan Nasional, kelompok kuat yang menentang peraturan pengendalian senjata, akan mengadakan konferensi tahunannya di kota Houston, Texas, pada Jumat.

Sebuah laporan pada 2020 dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS menemukan bahwa sekitar dua pertiga dari semua penembakan di sekolah terjadi di tingkat sekolah menengah atas. Sementara itu, penembakan di sekolah dasar paling sering terjadi secara tidak sengaja.

Senjata api menjadi penyebab utama kematian anak-anak dan remaja AS pada 2020, menurut data yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) bulan lalu. Jumlah kasusnya bahkan menyalip jumlah kasus kecelakaan mobil.

Pada Senin, sebuah laporan FBI menemukan bahwa serangan penembakan massal telah berlipat ganda sejak pandemi virus corona dimulai pada 2020.