Don Bosco minta maaf terhadap keluarga pengidap HIV/AIDS

peringatan hari aids

Sumber gambar, AFP

Keterangan gambar,

Diskriminasi terhadap orang terdampak HIV AIDS kerap terjadi meski sosialisasi sudah dilakukan.

Kasus dugaan diskriminasi terhadap putri dari Fajar Jasmin Sugandi, orang yang terdampak HIV/AIDS oleh sebuah sekolah di Jakarta tidak berujung ke ranah hukum setelah pihak sekolah meminta maaf.

Kepastian itu didapat lewat Komisi Nasional Penggulangan AIDS Nasional yang mempertemukan Fajar dengan pihak pengelola SD Don Bosco Kelapa Gading, Senin 5 Desember. Pertemuan itu juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Dasar Jakarta.

"Saya mengangkat topi untuk Pak Fajar Jasmin Sugandi dan keluarga karena menerima permohonan maaf dari pihak yayasan dan sekolah. Mereka memohon maaf karena ketidaktahuannya dan menyinggung keluarga Pak Fajar," kata Sekretaris Komisi Nasional Penggulangan AIDS Nasional, Nafsiah Mboi.

"Kami tidak merasa malu atau rendah untuk meminta maaf kepada pak Fajar karena ketidaktahuan kami," kata Pembina Yayasan Panca Dharma yang mengelola Don Bosco, Handi Pranata

Fajar sendiri menerima keputusan dari pertemuan tersebut.

"Saya mengatakan pihak yayasan sebagai orang-orang luar biasa karena telah mengakui kesalahan dan meminta maaf," kata Fajar.

"Sekarang pemerintah, Komisi Nasional Penanggulangan AIDS dan kita sebagai kaum ODHA serta semua orang bergandengan tangan dan kembali ke misi awal dari peristiwa ini yaitu memerangi diskriminasi."

Pemeriksaan kesehatan

Dalam pertemuan juga didapat kepastian bahwa putri Fajar bisa didaftar tanpa harus melalui pemeriksaan kesehatan khusus seperti yang sebelumnya diminta pihak pengelola sekolah.

"Putri Pak Fajar kini bisa bersekolah di Don Bosco tanpa diskriminasi apa pun," kata Nafsiah Mboi.

Kasus ini mencuat setelah sebelumnya Fajar menolak permintaan pengelola sekolah Don Bosco yang menginginkan putrinya menjalani tes kesehatan khusus untuk membuktikan bahwa dia tidak terkena HIV/AIDS.

Pihak Sekolah beralasan tes dilakukan untuk menghadapi pertanyaan orang tua murid lain yang keberatan dengan kehadiran putri Fajar disekolah itu karena orang tuanya mengidap HIV/AIDS.

"Kami meminta surat sehat (kepada putri Pak Fajar) karena bapaknya mengidap HIV/AIDS dan jika nanti ada orang tua lain yang menanyakan hal itu nah kita bilang kita akan tunjukan surat sehatnya tadi," kata Handi Pranata menjelaskan kenapa mereka sempat meminta surat sehat putri Fajar.

Takut mengungkapkan

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca
Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Pihak sekolah saat itu sempat menolak putri Fajar untuk masuk SD Don Bosco dengan alasan sejumlah orang tua menolak kehadirannya.

Handi mengatakan ada orang tua yang masih keberatan putri Fajar bersekolah di SD Don Bosco Kelapa Gading.

"Ada lima atau enam orang tapi kan nanti akan diedukasi."

"Saya percaya kepada Ibu Nafsiah Mboi. Kalau itu difasilitasi dan dijelaskan dengan baik maka diharapkan semuanya bisa menerima dengan baik dan tidak akan menjadi masalah berikutnya," tambah Handi.

Sebelumnya laporan tentang masih adanya diskriminasi terhadap orang yang terdampak HIV AIDS dan orang terdekatnya kerap terjadi di Jakarta.

Hanya saja banyak dari mereka yang tidak mengungkapkan kasus diskriminasi yang dialami karena kekhawatiran terhapap efek dari stigma yang lebih luas di lingkungan di sekitar mereka.

"Saluran pengaduan sebenarnya ada, hanya persoalannya adalah orang yang terdampak HIV AIDS ini takut mengadu karena khawatir ketika mereka membuka diri maka ada ketakutan mereka mengalami perlakukan yang lebih parah lagi," kata Fajar.

Kasus terakhir ini terjadi ditengah upaya Komnas Penanggulangan AIDS Nasional yang kerap melakukan kampanye menentang diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS.